Minggu, 19 Februari 2012

Aliran-aliran Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dipandang mempunyai peranan penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak didik. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga Negara / masyarakat. Untuk tercapainya tujuan yang mulia itu maka dibutuhkan teori yang menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis.
Dalam dunia pendidikan telah berkembang Aliran-aliran pendidikan telah sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari generasi sebelumnya.Dapat dijumpai berbagai pandangan atau aliran-aliran mengenai bagaimana pendidikan memberikan sumbangsinya bagi proses kemajuan manusia.Baik dari peranan yang diberikan pendidikan dalam kehidupan manusia atau bagaimana pembawaan memberikan seseorang pendidikan dan bagaimana pula gabungan dari lingkungan dan pembawaan memberikan mempengaruh bagi pendidikan .Ini akan dibahas sesuai dengan aliran-aliran yang ada.Aliran – aliran yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya aliran : empirisme,nativisma,naturalisme,naturalisme,dan konvergensi.



BAB II
PEMBAHASAN
Aliran-aliran dalam pendidikan yang sampai saat sekarang ini terus berkembang.Pendidikan di pandang mempunyai peran penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak, pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik.
Sejarah pendidikan mempunyai pandangan dan teori tentang bagaimana perkembangan kehidupan itu berlansung. Teori-teori ini tersebut antara adalah :
a. Emperisme ( pengalaman )
b. Nativisme ( terlahir )
c. Naturalisme ( alam )
d. Konvergensi ( pertemuan )
Sampai saat ini teori atau aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan – pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
A. Emperisme
Emperisme berasal dari bahasa latin yaitu “ empericus “ artinnya ” pengalaman “ aliran ini dinamakan juga dengan “ tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan diatasnya atau dengan kata lain sesorang dilahirkan seperti kertas kosong, maka pendidikanlah yang menulisnya. Aliran ini menganggap bahwa perkembangan seorang anak seratus persen ditentukan oleh lingkungan atau kepada pengalaman-pengalamannya yang didapat dalam hidupnya.
Teori ini menyimpulkan bahwa manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentunkan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam tidak memberikan apa-apa dalam kehidupan. Oleh karena itu aliran ini juga disebut dengan aliran yang optimisme dalam pendidikan.
Teori emperisme menyatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari dunia luar, tokoh aliran ini Jhon Locke (1623-1704), seorang filosof bangsa Inggris. Ada beberapa pendapat Locke yaitu :
1. Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa Innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan Innate itu ada. Sebenarnya kenyataan telah cukup megajarkan kita bagaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan.
2. Persetujuan umum adalah argument yang kuat, dan umum tidak mengakui innate idea. Bagaimana kita mengatakan innate idea itu ada, padahal umum tidak mengakui adanya.
3. Pesetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
4. Bukti-bukti yang menyatakan adanya innate idea justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
5. Tidak juga dicetakkan ( distempelkan ) pada jiwa sebab pada anak idiot, idea yang innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan idiot sama-sama berfikir.
Pandangan tabularasa dari Jhon Locke merupakan epistemology yang terkenal. Tabularasa yang digambarkan sebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemology yang terkenal. Dalam istilah ini Jhon Locke menggunakan tiga istilah : sensasi (sensation), disebut inderawi; idea-idea ( ideas ), berupa persepsi atau pemikiran atau pengertian yang tiba-tiba tentang suatu objek; dan sifat ( cuality ), seperti merah, bulat, dan berat.
Pendidikan bergantung pada dunia luar yang umumnya disebut lingkungan, lingkingan itu terbagi kepada dua:
1. Lingkungan hidup, yaitu berupa manusia, hewan, dan tumbuhan.
2. Lingkungan mati, yaitu berupa benda-benda mati seperti air, batu, etc.
Menurut aliran emperisme, mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku yang ada lima aspek yaitu, sosiologis, historis, georafis, cultural, dan psikologis.
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulant-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.
Adakah hal-hal yang membatasi kemungkinan pendidikan itu? Ada,yaitu situasi lingkungan. Makin baik lingkungan makin baik pula perkembangan seorang anak. Demikian pula sebaliknya.
B. Nativisme
Nativisme berasal dari bahsa latin yaitu kata “ nativus” artinya “terlahir”. Seorang akan berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan dari lahir. Pembawaan itu ada baik dan dan buruk. Oleh karena itu sesorang akan berkembang dengan pembawaan baik dan maupun pembawaan buruk yang dibawanya dari lahir.
Lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan anak selanjutya. Ia berkata, “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”.
Pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan sesorang dan tidak akan ada gunanya untuk untuk perkembangannya. Oleh karena itu aliran ini merupakan pesimis dalam pendidikan (Pesimisme). Adapun hasil pendidikan itu 100% tergantung kepada pembawaan, karena itu aliran ini berpendapat bahwa pembawaan maha kuasa dalam pendidikan.
Pelopor aliran ini ialah Schopenhauer seorang filosof bangsa jerman yang hidup ditahun 1788 – 1880. Dia berpendapat “ mendidik membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan “ Pembawaannya dan bayi lahir dengan pembawaan baik dan buruk “.
Menurut Ali Rajab (1961) menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang biasa diwariskan orang tua kepada anaknya yaitu :
1. Pewarisan bersifat jasmaiah seperti warna kulit, bentuk tubuh, dsb.
2. Pewarisan bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan.
3. Pewarisan bersifat tingkah laku.
4. Pewarisan bersifat alamiah (Internal).
5. Pewarisan bersifat sosiologis.
Dengan demikian dapat disimpulkan perkembangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat tergantung kepada pembawaannya.
Aliran nativisme bertolak dari Leinnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
C. Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa latin “ Nature” yang berarti “ Alam”, tabiat aliran ini dinamakan juga Negativisme yang meragukan pendidikan untuk berkembangnya sesorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini dalam mendidik sesorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik.
Teori ini dikemukakan oleh J.J Rousseau, seorang filosof dari bangsa Perancis ( 1712-1778 ), dia berpendapat dalam bukunya Emile bahwa : “ Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang Pencipta, tapi semua jadi buruk ditangan manusia ”.
Alira ini juga berpendapat bahwa pendidik hanya yang wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sedirinya, diserahkan selanjutnya kepada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.
Menurut Rousseau, pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak, dan dijauhkan dari hal yang bersifat dibuat-buat ( artificial) dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik sebagai yang telah dberikan oleh sang Pencipta karena pendidikan hanya akan merusak pembawaan yang baik tadi.
Ciri utama aliran ini daam mendidik, yaitu seseorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh dan pembawaan yang baik itu berkembang dengan spontan.
D. Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ( convergence ) artinya pertemuan pada suatu titik. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara Nativisme dengan Empirisme. Perkembangan sesorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang, pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan, hendaknya para pendidik dapat menciptakan suatu lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin.
Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern ( 1871-1937 ), ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama – sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, itu adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa, melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa, karena itu semua manusia mampu berbahasa. Pada hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata; karena itu tidak terdapat seekor hewan pun yang dapat berbahasa dengan kata-kata yang penuh dengan pengertian seperti pada makhluk manusia.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu bergantung pada pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesuatu titik pertemuan.
Karena itu W. Stern disebut aliran ( teori ) konvergensi yang mana artinya memusat kesuatu titik. Jadi menurut teori konvergensi:
1. Pendidikan mungkin diberikan;
2. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu sendiri;
3. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada lingkungan anak didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah beerkembangnya pembawaan buruk
Teori konvergensi ini disempurnakan oleh MJ. Langeveld dengan menyebutkan empat sifat pokok manusia:
1. Azaz biologi, maksudnya adalah, bahwa manusia itu adalah makhluk hidup sehingga dengan hidup itulah memugkinkan terjadinya perkembangan.
2. Azaz kebutuhan pertolongan;maksudnya adalah, bahwa sesuatu yang dilahirkan manusia sangatlah tidak berdaya
3. Azaz keamanan; maksudnya adalah, bahwa anak manusia itu memerlukan rasa aman dan perlindungan dari orang tuanya dengan perlindungan dan keamanan itulah anak dapat berkembang dengan normal.
4. Azaz expiorasi, maksudnya adalah dalam perkembagan sesorang bukan hanya menerima saja tetapi dia juga aktif mencari dan menjelajah serta menemukan sendiri segala sesuatu.

BAB III
PENUTUP
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang. Aliran atau teori-teori tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia.Memang setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. (1) aliran empirisme,yang berpendapat bahwa pendidikan berasal dari pengalaman atau dunia luar (2) Nativisme,mengatakan bahwa pendidikan dipengaruhi oleh bawan dari lahir (3) aliran naturalisme,mengemukakan sesorang berkembang dari alam dan (4) aliran konvergensi,yang setuju bahwa pendidikan didapat dari lingkungan dan faktor bawaan. Namun pada dasarnya aliran-aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan individu. Inilah inti dari masyarakat pedagogik.Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN


Idris,Zahara.1987.Dasar-Dasar KependidikanAngkasa Raya :Padang
Nelwati,samsi.2006.Dasar-DasarKependidikan.IAIN Press:Padang
http:/dhamincitta/forum/index.php
Abdullah,abdurrahman saleh.2007.Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran.Rineka Cipta:Jakarta

Sabtu, 28 Januari 2012

Makalah Teori-teori Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan dipandang mempunyai peranan penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak didik. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga Negara / masyarakat. Untuk tercapainya tujuan yang mulia itu maka dibutuhkan teori yang menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan kepada petunjuk praktis.
Dalam dunia pendidikan  telah berkembang Aliran-aliran pendidikan telah sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari generasi sebelumnya.Dapat dijumpai berbagai pandangan atau aliran-aliran mengenai bagaimana  pendidikan memberikan sumbangsinya bagi proses kemajuan manusia.Baik dari peranan yang diberikan pendidikan dalam kehidupan manusia atau bagaimana pembawaan memberikan seseorang pendidikan dan bagaimana pula gabungan dari lingkungan dan pembawaan memberikan mempengaruh bagi pendidikan .Ini akan dibahas sesuai dengan aliran-aliran yang ada.Aliran – aliran yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya aliran : empirisme,nativisma,naturalisme,naturalisme,dan konvergensi.





BAB II
PEMBAHASAN
Aliran-aliran dalam pendidikan yang sampai saat sekarang ini terus berkembang.Pendidikan di pandang mempunyai peran penting dan besar manfaatnya dalam mencapai keberhasilan perkembangan anak, pendidikan merupakan usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan peserta didik.
Sejarah pendidikan mempunyai pandangan dan teori tentang bagaimana perkembangan kehidupan itu berlansung. Teori-teori ini tersebut antara  adalah :
a.    Emperisme ( pengalaman )
b.    Nativisme  ( terlahir )
c.    Naturalisme ( alam )
d.    Konvergensi ( pertemuan )
Sampai saat ini teori atau aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan – pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
A.    Emperisme
Emperisme berasal dari bahasa latin yaitu “ empericus “ artinnya  ” pengalaman “ aliran ini dinamakan juga dengan “ tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan diatasnya atau dengan kata lain sesorang dilahirkan seperti kertas kosong, maka pendidikanlah yang menulisnya. Aliran ini menganggap bahwa perkembangan seorang anak seratus persen ditentukan oleh lingkungan atau kepada pengalaman-pengalamannya yang didapat dalam hidupnya.
Teori ini menyimpulkan bahwa manusia dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentunkan oleh dunia luar, sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam tidak memberikan apa-apa dalam kehidupan. Oleh karena itu aliran ini juga disebut dengan aliran yang optimisme dalam pendidikan.
Teori emperisme menyatakan bahwa hasil pendidikan dan perkembangan tergantung pada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari dunia luar, tokoh aliran ini Jhon Locke (1623-1704), seorang filosof bangsa Inggris. Ada beberapa pendapat Locke yaitu :
1.    Dari jalan masuknya pengetahuan kita mengetahui bahwa Innate itu tidak ada. Memang agak umum orang beranggapan Innate itu ada. Sebenarnya kenyataan telah cukup megajarkan kita bagaimana pengetahuan itu datang, yakni melalui daya-daya yang alamiah tanpa bantuan kesan-kesan bawaan.
2.    Persetujuan umum adalah argument yang kuat, dan umum tidak mengakui innate idea. Bagaimana kita mengatakan innate idea itu ada, padahal umum tidak mengakui adanya.
3.    Pesetujuan umum membuktikan tidak adanya innate idea.
4.    Bukti-bukti yang menyatakan adanya innate idea justru saya jadikan alasan untuk mengatakan ia tidak ada.
5.    Tidak juga dicetakkan ( distempelkan ) pada jiwa sebab pada anak idiot, idea yang innate itu tidak ada. Padahal anak normal dan idiot sama-sama berfikir.
Pandangan tabularasa dari Jhon Locke merupakan epistemology yang terkenal. Tabularasa yang digambarkan sebagai keadaan jiwa adalah pandangan epistemology yang terkenal. Dalam istilah ini Jhon Locke menggunakan tiga istilah : sensasi (sensation), disebut inderawi; idea-idea ( ideas ), berupa persepsi atau pemikiran atau pengertian yang tiba-tiba tentang suatu objek; dan sifat ( cuality ), seperti merah, bulat, dan berat.
Pendidikan bergantung pada dunia luar yang umumnya disebut lingkungan, lingkingan itu terbagi kepada dua:
1.    Lingkungan hidup, yaitu berupa manusia, hewan, dan tumbuhan.
2.    Lingkungan mati, yaitu berupa benda-benda mati seperti  air, batu, etc.
Menurut aliran emperisme, mendidik manusia menurut kehendak pendidik dan juga lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku yang ada lima aspek yaitu, sosiologis, historis, georafis, cultural, dan psikologis.
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
     Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulant-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.
Adakah hal-hal yang membatasi kemungkinan pendidikan itu? Ada,yaitu situasi lingkungan. Makin baik lingkungan makin baik pula perkembangan seorang anak. Demikian pula sebaliknya.
B.    Nativisme
Nativisme berasal dari bahsa latin yaitu kata “ nativus” artinya “terlahir”. Seorang akan berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaan dari lahir. Pembawaan itu ada baik dan dan buruk. Oleh karena itu sesorang akan berkembang dengan pembawaan baik dan maupun pembawaan buruk yang dibawanya dari lahir.
Lingkungan, termasuk didalamnya pendidikan tidak berdaya sama sekali dalam mempengaruhi perkembangan anak selanjutya. Ia berkata, “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”.
Pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan sesorang dan  tidak akan ada gunanya untuk untuk perkembangannya. Oleh karena itu aliran ini merupakan pesimis dalam pendidikan (Pesimisme). Adapun hasil pendidikan itu 100% tergantung kepada pembawaan, karena itu aliran ini berpendapat bahwa pembawaan maha kuasa dalam pendidikan.
Pelopor aliran ini ialah Schopenhauer seorang filosof bangsa jerman yang hidup ditahun 1788 – 1880. Dia berpendapat “ mendidik membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan “ Pembawaannya dan bayi lahir dengan pembawaan baik dan buruk  “.
Menurut Ali Rajab (1961) menyebutkan bahwa ada lima pembawaan yang biasa diwariskan orang tua kepada anaknya yaitu :
1.    Pewarisan bersifat jasmaiah seperti warna kulit, bentuk tubuh, dsb.
2.    Pewarisan bersifat intelektual seperti kecerdasan dan kebodohan.
3.    Pewarisan bersifat tingkah laku.
4.    Pewarisan bersifat alamiah (Internal).
5.    Pewarisan bersifat sosiologis.
Dengan demikian dapat disimpulkan perkembangan manusia dalam kehidupan bermasyarakat tergantung kepada pembawaannya.
Aliran nativisme bertolak dari Leinnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang  berpengaruh terhadap pendidikan anak.
C.    Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa latin “ Nature” yang berarti  “ Alam”, tabiat aliran ini dinamakan juga Negativisme yang meragukan pendidikan untuk berkembangnya sesorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini dalam mendidik sesorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik.
Teori ini dikemukakan oleh J.J Rousseau, seorang filosof dari bangsa Perancis ( 1712-1778 ), dia berpendapat dalam bukunya Emile bahwa : “ Semua adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang Pencipta, tapi semua jadi buruk ditangan manusia ”.
Alira ini juga berpendapat bahwa pendidik hanya yang wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sedirinya, diserahkan selanjutnya kepada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.
Menurut Rousseau, pendidikan harus dijauhkan dalam perkembangan anak, dan dijauhkan dari hal yang bersifat dibuat-buat ( artificial) dan dapat membawa anak kembali ke alam untuk mempertahankan segala yang baik sebagai yang telah dberikan oleh sang Pencipta karena pendidikan hanya akan merusak pembawaan yang baik tadi.
Ciri utama aliran ini daam mendidik, yaitu seseorang kembalilah ke alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh dan pembawaan yang baik itu berkembang dengan spontan.
D.    Konvergensi
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris ( convergence ) artinya pertemuan pada suatu titik. Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara Nativisme dengan Empirisme. Perkembangan sesorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang, pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan, hendaknya para pendidik dapat menciptakan suatu lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin.
Aliran konvergensi dipelopori oleh William Stern ( 1871-1937 ), ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama – sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
Pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, itu adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbahasa, melalui situasi lingkungannya anak belajar berbahasa, karena itu semua manusia mampu berbahasa. Pada hewan tidak ada pembawaan bahasa dengan kata-kata; karena itu tidak terdapat seekor hewan pun yang dapat berbahasa dengan kata-kata yang penuh dengan pengertian seperti pada makhluk manusia.
William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu bergantung pada pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju kesuatu titik pertemuan.
Karena itu W. Stern disebut aliran ( teori ) konvergensi yang mana artinya memusat kesuatu titik. Jadi menurut teori konvergensi:
1.    Pendidikan mungkin diberikan;
2.    Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan itu sendiri;
3.    Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada lingkungan anak  didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah beerkembangnya pembawaan buruk
Teori konvergensi ini disempurnakan oleh MJ. Langeveld dengan menyebutkan empat sifat pokok manusia:
1.    Azaz biologi, maksudnya adalah, bahwa manusia itu adalah makhluk hidup sehingga dengan hidup itulah memugkinkan terjadinya perkembangan.
2.    Azaz kebutuhan pertolongan;maksudnya adalah, bahwa sesuatu yang dilahirkan manusia sangatlah tidak berdaya
3.    Azaz keamanan; maksudnya adalah, bahwa anak manusia itu memerlukan rasa aman dan perlindungan dari orang tuanya dengan perlindungan dan keamanan itulah anak dapat berkembang dengan normal.
4.    Azaz expiorasi, maksudnya adalah dalam perkembagan sesorang bukan hanya menerima saja tetapi dia juga aktif mencari dan menjelajah serta menemukan sendiri segala sesuatu.

BAB III
PENUTUP
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini, dan masa yang akan datang terus berkembang. Aliran atau teori-teori tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia.Memang setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. (1) aliran empirisme,yang berpendapat bahwa pendidikan berasal dari pengalaman atau dunia luar (2) Nativisme,mengatakan bahwa pendidikan dipengaruhi oleh bawan dari lahir (3) aliran naturalisme,mengemukakan sesorang berkembang dari alam dan (4) aliran konvergensi,yang setuju bahwa pendidikan didapat dari lingkungan dan faktor bawaan. Namun pada dasarnya aliran-aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan individu. Inilah inti dari masyarakat pedagogik.Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Idris,Zahara.1987.Dasar-Dasar KependidikanAngkasa Raya :Padang
Nelwati,samsi.2006.Dasar-DasarKependidikan.IAIN Press:Padang
http:/dhamincitta/forum/index.php
Abdullah,abdurrahman saleh.2007.Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran.Rineka Cipta:Jakart

Makalah ilmu Kalam/Tauhid

A.    Makna Tauhid Asma’ Wa Sifat
Makna tauhid asma’ wa sifat yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya, sebagaimana yang diterangkan dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya saw.  Menurut apa yang pantas bagi Allah swt. Tanpa ta'wil dan ta’thil, tanpa takyif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah swt.
       
” Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (Asy-Syura: 11).
Allah menafikan jika ada sesuatu yang sesuatu menyerupai-Nya, dan Dia menetapkan bahwa Dia Adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Maka Dia diberi nama dan disifati dengan nama dan sifat yang Dia berikan untuk diri-Nya dan dengan nama dan sifat  yang disampaikan oleh Rasul-Nya. Maka barang siapa yang mengingkari nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya atau menamakan Allah dan menyifati-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya, atau mentakwilkan dari maknanya yang benar, maka dia telah berbicara tentang Allah tanpa ilmu dan berdusta terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman :
        
“siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15)

B.    Metode Beriman Kepada Asma’ Wa Shifat
Metode iman kepada nama dan sifat-sifat Allah swt ada dua ; Pertama, Itsbat, kedua, Nafyu. Itsbat maksudnya mengimani bahwa Allah swt memiliki al-asma’ wa shifat yang menunjukkan ke-Mahasempurnaa-Nya. Sedangkan Nafyu maksudnya menafikan adanya makhluk yang menyerupai Allah swt, atau menafikan adanya anak dan orangtua dari Allah swt dan lain-lain.
    Sehubungan dengan al-asma’ wa shifat ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan secara lebih khusus :

1.    Janganlah memberi nama Allah swt dengan nama-nama yang tidak disebutkan didalam al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman :

                
” Hanya milik Allah al-asma’ al-husna, maka beermohonlah kepada-Nya dengan menyebut al-asma’ al-husna itu da tinggalkanlah oran-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam ( menyebut ) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap aoa yang telah mereka kerjakan.” ( Al-A’raf 7: 180).
2.    Jangan menyamakan (tamtsil), Zat Allah swt, sifat-sifat dan af’al (pebuatan)-Nya dengan makhluk manapun. Allah berfirman :
                •  
” Katakanlah ; “ Dia Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada yang setara dengan-Nya. (Al-Ikhlas 112: 1-4)
    Jika ada kesamaan nama dan sifat antara Allah swt dan makhluk-Nya, misalnya Allah Maha mendengar, manusia juga bisa mendengar, Allah berbicara dengan nabi Musa, manusia juga berbicara, dan lain sebagainya, maka persamaan tersebut hanyalah persamaan nama saja, bukan persamaan secara hakiki. Nama dan sifat Allah swt sesuai dengan Zat dan Kemahaan-Nya, nama dan sifat manusia atau makhluk lain sesuai dengan kemakhlukannya. Oleh sebab itu tidak ada alasan untuk men-takwil-kan sifat-sifat Allah tertentu karena takut tasybih atau tamtsil, dan lebih dari itu tentu tidak dibenarkan menolak sama sekali nama atau sifat Allah swt yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya karena takut tasybih, tamtsil dan tidak mau takwil atau karena tidak mau mengurangi kemutlakan Allah swt karena nama dan sifat-sifat itu. Sebab menolak salah satu nama atau sifat Allah berarti sama saja dengan mendustakan Allah dan Rasul-Nya.

3.    Mengimani al-asma’ wa sifat bagi Allah swt harus apa adanya tanpa menanyakan atau mempertanyakan “ bagaimana” nya ( kaifiyat). Misalnya allah mengatakan :

       
“… kemudian Dia bersemayam diatas ‘Arasy…” (Ar-Radu 13: 2)

Kita harus mengimani bahwa Allah swt bersemayam diatas ‘Arasy, tanpa mempertanyakan bagaimana caranya Allah bersemayam, berapa luasnya ‘Arasy, mana yang lebih besar Allah atau ‘Arasy ? dimanakah ‘Arasy itu ? dan pertanyaan- pertanyaan lainya yang tidak mungkin diajukan. Selain tidak akan bisa dijawab karena itu masalah ghaib, juga tidak ada gunanya, bahkan menghabiskan waktu saja.

4.    Dalam suatu hadis disebutkan Allah mempunyai 99 nama yang artinya :

“sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Tiadalah seseorang menghafalkan kecuali masuk surga. Dia itu tunggal dan menyukai yang tunggal.” (HR. Bukhari Muslim)

Kata “menghafal” dalam hadits di atas janganlah diartikan secara sempit dengan sekadar menghafal di lisan, tapi lebih dari itu mengimani dan mengamalkannya dalam kehidupan.

C.    Manhaj Salaf Dalam Hal Asma’ Wa Shifat

Yaitu mengimani dan menetapkan sebagaimana Ia datang tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil, dan hal itu termasuk pengertia beeriman kepada Allah.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata, “ kemudian ucapan yang menyeluruh dalam semua bab ini adalah hendaknya Allah itu disifati dengan apa yang Dia sifatkan untuk Diri-Nya atau yang disifati oleh Rasul-Nya, dan dengan apa yang disifatkan oleh as-Sabiqu al-Awwalun ( para generasi pertama), serta tidak melampaui al-Qur’an dan al-Hadits.
Mazhab salaf adalah antara ta’thil, tamtsil. Mereka tidak menyamakan atau menyerupakan sifat-sifat Allah swt dengan makhlukn-Nya. Sebagaimana mereka tidak menyerupaka Dzat-Nya dengan dzar yang ada pada makhluk-Nya. Mereka tidak menafikan apa yang Allah sifatkan untuk diri-Nya, atau apa yagn disifatkan oleh Rasul-Nya. Seandainya mereka menafikan, berarti mereka telah menghilangkan al-asma’ wa sifat yang ulya’, dan berarti mengubah kalam dari tempat yang sebenarnya, dan berarti pula mengingkari al-asma’ dan ayat-ayat-Nya”.

D.    Kandungan Asma’ Husna Allah
Nama-nama yang mulia ini bukanlah sekedar nama yang tidak mengandung sifat dan makna, justru ia adalah nama-nama yang menunjukkan kepada makna yang mulia dan sifat yang agung. Setiap nama menunjukkan kepada sifat, maka nama ar-Rahman  dan ar-Rahim menunjukkan sifat Rahmah; as-Sami’ dan al-Bashir menunjukkan sifat mendengar dan melihat begitulah seterusnya setiap nama dari nama-nama-Nya menunjukkan sifat-sifat-Nya.
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata, “Setiap nama dari nama-nama-Nya menunjukkan kepada Dzat yang disebutnya dan sifat yang dikandungnya, seperti al-‘Alim menunjukkan Dzat dan ilmu, al-Qadir menunjukkan Dzat dan qudrah, ar-Rahim menunjukkan Dzat dan sifat rahmat.”
Ibnul Qayyim berkata, “ Nama-nama Allah swt menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, karena ia diambil dari sifat-sifat-Nya. Jadi ia adalah nama sekaligus sifat dan karena itulah menjadi husna. Sebab andaikata ia hanyalah lafazh-lafazh yang tak bermakna maka tidaklah disebut husna, juga tidak menunjukkan kepada pujian dan kesempurnaan. Jika demikian tentu diperbolehkan meletakkan nama intiqam ( balas dendam) dan ghadhab (marah) pada tempat rahmat dan ihsan, atau sebaliknya. Sehingga boleh dikatakan, “ Ya-Allah sesungguhnya saya telah menzhalimi diri saya sendiri, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya Engkau adalah al-Muntaqim (Maha membalas dendam). Ya Allah anugerahilah saya, karena sesungguhnya Engkau adalah adh-Dharr (yang memberi mudharat) dan al-Mani’ (yang menolak)…” dan yang semacamnya.

E.    Studi Tentang Sebagian Sifat-Sifat Allah
Sifat-sifat Allah teerbagi kepada dua bagian. Bagian pertama, adalah sifat Dzatiyah, yakni sifat yang senantiasa melekat dengan-Nya. Sifat ini tidak berpisah dari Dzat-Nya. Seperti; al-Ilmu, al-Qudrat, al-bashar, dan lain sebagainya.
Bagian kedua, adalah sifat fi’liyah. Yaitu sifat yang dia buat jika berkehendak. Seperti, bersemayam diatas ‘Arasy, turun kelangit dunia ketika tinggal sepertiga akhir malam, dan datang pada hari jum’at.

F.    Pendapat-Pendapat Golongan Sesat Tentang Sifat-Sifat Ini Beserta Bantahannya

1.    Pendapat mereka
Golongan-golongan sesat seperti Jahmiyah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah menyalahi Ahlus-Sunnah wal Jama’ah dalam hal sifat-sifat Allah. Mereka menafikan sifat-sifat Allah atau menafikan banyak sekali dari sifat-sifat itu atau men-ta’wil-kan nash-nash yang menetapkanya dengan ta’wil  yang batil. Syubhat mereka dalam hal ini adalah mereka mengira bahwa penetapan dalam sifat-sifat ini menimbulkan adanya tasybih (penyerupaan Allah dengan lain-Nya). Oleh karena sifat-sifat ini juga terdapat pada makhluk maka penetapannya untuk Allah pun menimbulkan penyerupaan-Nya dengan makhluk. Karena itu harus dinafikan menurut mereka atau harus di-ta’wil-kan dari zhahirnya, atau tafwidh (menyerahkan) makna-maknanya kepada Allah swt. Demikianlah madzhab mereka dalam sifat-sifat Allah, dan inilah Syubhat mereka terhadap nash-nash yang ada.

2.    Bantahan terhadap mereka
a.    Sifat-sifat ini datang dan ditetapkan oleh nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah yang  mutawatir. Sedangkan kita diperintahkan mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah.
Allah berfirman :

     
 “ Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu…” (Al-A’raf: 3)
Maka barang siapa yang menafikanya berarti ia telah menafikan apa yng telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya, dan berarti sama saja menentang ke dua-Nya.
b.Sesungguhnya kaum salaf  dari sahabat, tabi’in, dan ulama pada masa-masa yang dimuliakan, semuaya menetapkan al-asma’ wa shifat Allah ini, dan mereka tidak berselisih sedikit pun didalamnya.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “ manusia banyak berselisih pendapat dalam hal tentang hukum, dan mereka tidak begitu mempermasalahkan ayat atau hadits-hadits yang bersangkutan dengan sifat-sifat, sekalipun itu hanya sekali. Bahkan mereka sepakat untuk menetapkannya dan membiarkan apa adanya disertai dengan pemahaman makna-makna lafadz-nya bahwa hal tersebut telah dijelaskan dengan tuntas. Maka Allah dan Rasul-Nya menjelaska dengan jelas dan gamblang tanpa kesamaran dan keraguan yang  bisa menimpa ahlul ilmi  .
Sedangkan Rasulullah saw telah bersabda, “Kewajiban kalian adalah mengikuti sunnahku dan sunnah khulafa’ur Rasydin”.
Sedangkan penetapan sifat adalah termasuk hal tersebut.

c. Seandainya zhahir nash-nash tentang sifat-sifat itu bukan yang dimaksud, dan dia wajib di-ta’wil-nya (penyerahan makna kepada Allah), tentu Allah dan Rasul-Nya telah berbicara kepada kita dengan kitab dan ucapan yang kita  tidak  paham maknanya. Dan tentu nash ini bersifat teka-teki atau kode-kode (sandi) yang tidak bisa kita pahami. Ini adalah mustahil bagi Allah, Allah maha suci dari yang demikian. Karena kalam Allah dan kalam Rasul-Nya adlah ucapan yang jelas, mudah dimengerti dan berisi petunjuk.
d. Menafikan sifat berarti menafikan wujud Allah, karena tiada dzat tanpa sifat, dan setiap wujud pasti mempunyai sifat. Mustahil dibayangkan ada wujud yang tidak mempunyai sifat dan nama. Sesungguhya yang tidak mempunyai sifat hanyalah ma’dum (sesuatu yang tidak ada).
e. Kesamaan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat makhluk-Nya dalam bahasa tidak mengharuskan kesamaan atau penyerupaan dalam hakikat atau kaifiyat. Allah memiliki sifat-sifat yang khusus dan sesuai dengan kepantasanNya pula. Ini tidak mengharuskan kesamaan atau penyerupaan. Bahkan antar makhluk pun tidak harus sama.
f. SebagaimanaAllah mempunyai Dzat yang tidak diserupai oleh dzat makhluk, maka Dia juga mempunyai sifat-sifat yang tidak diserupai oleh sifat-sifat makhluk.
g.Sesungguhnya menetapakan sifat-sifat yang ada adalah kesempurnaan dan menafikannya adalah kekurangan. Maka wajiblah penetapn sifat-sifat itu.



Kesimpulan
Al-Asma’ artinya nama-nama, sedangkan as-Shifat artinya sifat-sifat. Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang menunjukkan ke-Mahasempurnaan-Nya, sebagaimana disebutkan di dalam kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.
Metode iman kepada Al-Asma’ wa Shifat ada dua; yang pertama, itsbat,sedangkan yang kedua ialah Nafyu. Itsbat mengimani bahwa Allah memiliki Al-Asma’ wa Shifat. Sedangkan Nafyu menafikan atau menolak segala Al-Asma’ wa Shifat yang menunjukkan ketidak sempurnaan-Nya.

Jumat, 27 Januari 2012

Makalah Metode Studi Islam

BAB I
PEMBAHASAN
A.    Study Islam di Kawasan Timur Tengah
Pusat penyebaran Islam pertama kali adalah di Jazirah Arab yang kini disebut dengan Arab Saudi. Dalam negara ini terdapat dua kota yang sangat historis dan menjadi pusat perhatian dunia yakni Mekah dan Madinah.
Pada tahun 570M, seorang anak laki-laki dilahirkan yang diberi nama Muhammad. Muhammad di angkat menjadi nabi pada usia 40 tahun tepatnya pada 610M. Jejak langkah nabi Muhammad menjadi perhatian dunia bahkan Michael Heart dalam bukunya “seratus tokoh yang berpengaruh” memposisikan nabi Muhammad sebagai orang pertama yang mempengaruhi dunia. Catatan Heart menetapkan nabi Muhammad pada posisi pertama dengan alasan yang sangat argumentative, salah satu argumentasinya ialah karena nabi Muhammad yang yatim sejak lahir ini mampu mengubah Arab yang jahiliyah menjadi masyarakat yang beradab dalam berperilaku.
Sejalan dengan study itu study Islam semakin berkembang khususnya dizaman abad pertengahan, didalam study Islam di Timur Tengah lebih mendalami masalah teologi dan karya-karya tulis yang bersifat syair-syair dalam membangun peradaban dunia.
Dalam kajian study Islam di Timur Tengah ini dapat di akumulasikan menjadi tiga pokok :
1.    Islam menjadi identitas popular, tapi ini tidak menjadi basis bagi pembentukan organisasi keagamaan.
2.    Guru-guru sufi telah telah menjadi pusat tumpuan dalam memainkan politik dan budaya keagamaan karena kesucian dan kebesaran nama-Nya.
3.    Tentang pola kehidupan yang membentuk sebuah karateristik yang konkrit dalam kehidupan.
Hampir di setiap wilayah Timut Tengah memiliki tiga hal tersebut, yang membedakan hanyalah intensitas dan tendesi perkembangan dari salahsatu cirinya. Pemetaan ini menjadi sesuatu yang kompleks yang mudah ditemukan di hampir setiap wilayah Timur Tengah.
B.    Kawasan Eropa
Penganut agam Islam merupakan minoritas di Eropa. Di Eropa Timur, setelah Turki Usmani mengakhiri kekuasaanya, banyak masyarakat yang terabaikan oleh sejarah dan tentunya dari semiliyar lebih pemeluk Islam di dunia. Orang-orang Pomak di Bulgaria mengisolasikan diri di pegunungan Rhadope dan desa-desa miskin didekat Plodiv. Mereka menggunakan nama-nama Turki Arab untuk mempertegas identitas diri. Bulgaria menyebut nenek moyang mereka yang berkhianat, hanya karna mereka memeluk Islam sebagai agamanya.
Ketika komunis naik ke panggung Bulgaria usai perang dunia ke Dua, mereka menghancurkan seluruh mesjid dan lembaga-lembaga pendidikan Islam, merampas tanah-tanah waqaf, membunuh ulama-ulama, guru-guru,  menghancurkan al-Qur’an dan teks-teks keagamaan dan menyisakan orang-orang Pomak yang awam dan menyuruh mereka mengganti nama mereka yang beraliran Atheis. Naom meninggalkan Bulgaria di pertengahan tahun 1980-an, setelah mengganti mengganti nama dengan Naom Shalamanof dan meninggalkan identitas keIslamanya. Di angkara Naim menyatakan kepada pers, “ Aku tidak akan menjadi orang Bulgaria dan menjadi Atheis. Aku adalah Naim Sulaymanoglu atau Naim putra Sulaiman.
Di Eropa barat, komunitas muslim di Jerman, Inggris, dan Perancis konfrontasi antara komunitas minoritas muslim dan pemerintah serta interaksi negatif dengan masyarakat mayoritas selalu ada. Di Jerman, muslim yang ada sekian puluh tahun relatif hidup damai dan makmur secara ekomomi, selalu gagal memasuki sistem pendidikan di Denmark, meski penganut muslim telah ada sekitar 100 tahun dan pemeluknya  terus bertambah, mereka mengalami kesulitan mendirikan mesjid. Selalu muncul perlawanan dari kelompok sayap kanan dan ancaman penghancur dan aksi vandalis dari masyarakat ultranasionalis.
Tema tentang muslim Rumania di Negara-negara kawasan Baltik, di Rumania komunitas muslim relative menikmati kemesraan berabad-abad dengan penguasa setempat. Terlihat dari mesjid Raja Carol yang masih utuh. Mesjid ini merupakan simbol abadi kemesraan muslim Rumania dari rezim-rezim masa lalu yang non-muslim.
Di Luthuania, muslim cenderung berkutat dengan persoalan di dalam dirinya. Lithuania tidak bisa mengesampingkan peran mereka dalam sejarah negara itu. Namun, komunis Rusia yang mencaplok Lithuania dalam federasi Uni Soviet menyebabkan muslim Lithuania kehilangan semua warisan sejarahny. Ketika komunis jatuh dan Uni Soviet ambruk, Lithuania memberi keluluasaan menjalani ibadah kepada komunitas Islam, para orang tua muslim mulai membawa anak-anak mereka ke Madrasah, Mushalah, mengajarkan bahasa Tatar dan memberikan pemahaman sejarah eksistensi eknis Tatar di Luthania.
Di Spanyol, Islam masih meninggalkan Alhambra dan Cardova, di Polandia hampir tidak ada bangunan peninggalan muslim tatar yang datang lebih awal dari Turki Usmani. Desa Bohaniki dan Khuzniany masih menyimpan keturunan muslim Tatar, lengkap dengan mesjid kayu yang berasitektur khas nenek moyang mereka dan makam-makam para ulama dengan batu nisan yang bertuliskan bahasa Arab, komunitas minoritas muslim ini telah melewati semua sejara modern Eropa.
Dari muslim Tatar di Polandia, Allah senantiasa memelihara keislaman masyarakat ini sehingga generasi berikutnya bisa belajar tentang bagimana mereka bertahan dari serangan sistematis komunitas besar di sekelilingnya.
Di Eropa, kajia-kajian masalah Timur di Universitas terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad ke-12 .

C.    Study Islam di Asia Tenggara
Studi Islam di Asia Tenggara adalah salah satu aspek dari upaya untuk menggali ilmu pengetahuan dan pengembangannya sesuai dengan rumusan Islam yang didasarkan pada kaidah-kaidah Islami, proses itegrasi nasional sebagai pra kondisi bagi pembangunan di bidang pendidikan termasuk pendidikan di perguruan tinggi baik pendidikan intelektual maupun profesional.
Semenjak tahun 1945 dimana bangsa-bangsa di Asia khususnya Asia Tenggara melepaskan diri dari penjajahan. Banyak lembaga perguruan tinggi didirikan di kawasan ini.
Pendidikan lembaga peguruan tinggi ini sudah mulai di beberapa negara semenjak masa penjajahan dalam konteks penyediaan tenaga ahli bagi pemerintah Colonial salah satu yang dipelajari adalah ilmu tentang Islam.
Perkembangan masyarakat menuntut ilmu di Pondok Pesantren dianggap tidak mencukupi kebutuhan. Kesadaran inilah yang mendorong mereka untuk mengembara ke negara lain di Timur Tengah, guna untuk meningkatkan pengetahuan ke Islaman, tradisi ini cukup mendorong intensifikasi keislamanisai di kalangan masyarakat nusantara.
Dalam perkembangan tersebut Islam mendesak manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pemahaman yang kritis terhadap ayat-ayat al-Qur’an, dalam kaitan dengan hukum-hukum alam. Pemahaman tersebut merupakan bidang yang memerlukan kerja intelektual yang secara terus menerus al-Qur’an perlu dikaji yang hasilnya diharapkan mampu menyempurnakan alat-alat pemahaman manusia secara Intelektual dan teknologis.
Hampir disetiap negara Asia Tenggara di selenggarakan studi Islam, kajian-kajianya merupakan pencarian suatu perspetif Islam  yang baru yang difokuskan pada pengembangan ilmu pengetahuan teknologi yang berisi Islam.
Perkembangan ini menyebabkan studi Islam dilakukan dengan sikap kritis saling berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Kecendrungan ini mendorong bagi adanya metode keilmuan yang khas bagi studi dan penelitian tentang Islam meskipun sampai sekarang masih dalam proses.
Studi Islam (di daerah Barat dikenal dengan Islamic Studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Atau dengan kata lain usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan agama Islam. Baik ajaran agamanya, sejarahnya maupun praktek-praktek secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Islam dilihat dari segi normatif dan historis mempunyai perbedaan dalam memahami Islam itu sendiri. Ketika Islam dilihat dari sudut Normatif, maka Islam merupakan agama yang didalamnya berisi ajaran tuhan yang  berkaitan dengan urusan Akidah dan Muamalah. Sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut pandang historis atau sebagaimana tampak dalam Masyarakat, maka Islam tampil disiplin Ilmu (Islamic Studies).
Studi Islam sekarang ini berkembang hampir diseluruh negara di dunia, baik negara Islam maupun bukan negara Islam. Di dunia Islam terdapat beberapa studi Islam seperti:
1.    Universitas Al-Azhar di Mesir
Di Universitas Al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode:
a.    Periode sebelum tahun 1961, dimana fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN.
b.    Periode setelah tahun 1961, Universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas-fakultas agama.
2.    Universitas Ulumul Qura di Arab Saudi
3.    Universitas Teheran di Teheran
4.    Universitas Damaskus
Di universitas-universitas diatas penerapan studi Islam ditampung dalam Kulliayat Alsyai’ah (fakultas syria’ah) yang didalamnya terdapat program studi Usuluddin, Tassawuf, dan sejenisnya.
Adapun di Indonesia (pendidikan Islam Tinggi) dilaksanakan di empat belas (14) Institut Agama Islam Negri (IAIN) dan tiga puluh sembilan (39) Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN). Ada juga beberapa perguruan tinggi Islam swasta yang secara khusus mnyelenggarakan pendidikan Islam sebagai salah satu bagian studinya, seperti : Fakultas Agama di UMJ dan UNISBA.
Studi Islam di negara-negara non-Islam diselenggarakan di berbagai negara antara lain:
1.    India
Di Aligach University (India), Studi Islam dibagi dua yaitu:
a.    Islam sebagai doktrin di kaji di fakultas Usuluddin yang mempunyai dua jurusan yaitu, Jurusan Mazhab Ahli Sunnah dan Jurusan Mazhab Syiah.
b.    Islam dari aspek sejarah dikaji di Fakultas  Humaniora dalam Jurusan Islamic Studies.
2.    Chicago
Kajian Islam pada Chicago University, secara organisator, studi Islam berada di bawah pusat studi Timur Tengah dan Jurusan Bahasa, dan Kebudayaan Timur Dekat. Dilembaga ini, kajian Islam lebih mengutamakan kajian tentang pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah-naskah Klasik dan bahasa-bahasa Arab non-Islam.
3.    Los Angeles
Di Amerika, studi-studi Islam pada umumnya mengutamakan studi Sejarah, bahasa-bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu sosial.
4.    Di UCLA
Studi Islam dibagi menjadi 4 komponen:
a.    Doktrin dan Sejarah Islam
b.    Bahasa Arab
c.    Bahasa non-Arab seperti, Urdu, Persia, Turki.
d.    Ilmu-ilmu Sosial, Sosiologi, Sejarah
5.    Di London
Di London studi Islam digabungkan mdalm School Of Oriental and Africa Studies (fakultas Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan Kebudayaan Asia Afrika.
D.    Study Islam di Perguruan Tinggi Mesir
Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian Timur Laut. Dengan luas sekitar 997.739 Km Meair mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan disebelah selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasanya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur. Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir sungai Nil (sekitar 40.0000 km). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari Gurun Sahara yang jarang di huni.
Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak, dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia kini, Mesir diakui luar biasa secara luas sebagai pusat politikal utama wilayah Arab dan Timur Tengah.
Secara hsitoris, modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari pengenalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Napoleon Bonaparte pada saat penaklukan Mesir. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai Napoleon Bonaparte yang berkebangsaan Perancis ini, memberikan inspirasi yang kuat bagi para pembaharu Mesir  untuk melakukan modernisasi pendidikan di Mesir  yang dianggapnya stagnan. Diantara tokoh-tokoh tersebut ialah, al-Afghani, Muhammad Adbuh, dan Muhammad Ali Pasha. Dua yang terakhir , secara historis kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain.
Sistem pendidikan di negara Mesir meliputi:
1.    Sekolah Dasar (ibtida’i)
2.    Sekolah Menengah Pertama (I’dadi)
3.    Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah).
4.    Pendidikan Tinggi :
Al-Azhar di Kairo Mesir
    Panglima Besar Juhari al-Siqli pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun perpustakaan terbesar di al-Qhira untuk mendampingi Perguruan Tinggi Al-Azhar yang diberi nama  Bait al-Hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad.
    Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fatimiah di tumbangkan oleh Sultan Salahudin al-Ayyubi yang mendirikan daulat al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada daulat Abbasiah di Baghdad. Kurikulum pada Perguruan Tinggi Al-Azhar lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syiah beralih ke aliran Sunni. Ternyata perguruan tinggi ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya.
    Universitas Al-Azhar dapat dibedakan menjadi 2 periode, pertama, periode sebelum tahun 1961, yaitunya fakultas-fakultas yang ada pada saat itu sama dengan fakultas yang ada di IAIN. Kedua, periode sesudah tahun 1961 yaitunya Fakultas-fakultas yang ada pada saat itu telah bertambah yaitunya adanya fakultas Umum disamping fakultas Agama.
E.    Amerika
Sebuah perguruan tinggi di Massachusetts yang memutuskan untuk melarang penggunaan cadar memancing kemarahan kelompok Hak Asasi Manusia (HAM)/ umat Islam maupun non Islam dan menganggapnya sebagai langkah illegal yang membahayakan hak dan menargetkan kebebasan beragama khususnya umat Islam.
”Ini merupakan kebijakan yang sangat aneh. Saya tidak tahu dari mana ini bermula. Satu hal yang bisa kita simpulkan bahwa hal itu telah didesain untuk menargetkan umat Islam khususnya.” Ungkap Ibrahim Hooper, juru bicara Dewan Hubungan Islam-Amerika yang berbasis di Whasington kepada Boston Globe, Rabu 6 januari.
Perguruan tinggi Farmasi dan Ilmu kesehatan mengeluarkan keputusan melarang mahasiswa atau siapa saja yang berada di lingkungan kampusnya yang mengenakan penutup muka, termasuk cadar yang dikenakan oleh muslimah. Pejabat perguruan tinggi tersebut mengatakan bahwa peraturan yang secara resmi mulai tanggal 1 Januari dibuat untuk menkampanyekan keamanan dan implementasi dari penilaian periodik atas kebijaksanaan umum di kampus swasta.
“Ini adalah tindakan lain bahwa keamanan umum (khususnya di kampus) yang diinginkan adalah mengimplementasikan agar kampus tetap aman.” Ujar Michael Ratty, juru bicara perguruan tinggi yang memiliki kampus di Boston, Worceter dan Manchester.
“Aturan ini tidak ditujukan untuk kelompok atau individual tertentu. Itu diterapkan untuk seluruh mahasiswa dan fakultas.”
Namun kelompok Islam di sana menyanggahnya dan menyatakan bahwa peraturan itu merupakan upaya diskriminasi terhadap sebagian muslimah yang yakin bahwa mereka harus menutup wajah mereka.
“saya kira mereka memiliki 2 orang mahasiswa muslim mengenakan cadar, yang membuat mereka merasa sangat tidak nyaman dan membuat mereka harus melakukan sesuatu tentang hal itu.” Imbuh Ibrahim Hooper.
Mayoritas Ulama dalam Islam berpendapat bahwa memakai cadar bukanlah suatu kewajiban bagi muslimah dan menyerahkan kembali kepada setiap muslimah untuk mengenakan cadar atau tidak.









BAB II
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Studi Islam sangatlah luas cakupan dan jangkauanya diseluruh dunia. Sehingga ada beberapa negara yang mempunyai Perguruan Tinggi/ Universitas didunia ini yang mempunyai hubungan erat dengan masalah islam. Baik itu masalah yang baik mapun masalah yang tidak baik.
Ada beberapa negara yaitunya,
1.    Timur Tengah
2.    Kawasan Eropa
3.    Asia Tenggara
4.    Mesir
5.    Amerika
B.    Saran
Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah tentunya sangat banyak melakukan kekurangan. Dengan itu sangat diharapkan kepada pembaca/ pendengar agar jika ada kesalahan dan kekurangan mohon maaf sebelumnya. Jika ada kritikan ataupun masukan kami sangat berterimakasih dan akan dengan senang hati mendengarnya.